Senin, 31 Januari 2011

KISTA RENALIS

KISTA RENALIS
1.    PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Kelainan genetik yang menyebabkan panyakit ini bisa bersifat dominan maupun resesif.Artinya penderita bisa memiliki 1 gen dominan dari salah satu orangtuanya atau 2 gen resesif dari kedua orangtuanya.
Penderita yang memiliki gen dominan biasanya baru menunjukkan gejala pada masa dewasa; penderita yang memiliki gen resesif biasanya menunjukkan penyakit yang berat pada masa kanak-kanak.
Pada anak-anak, penyakit ginjal polikista menyebabkan ginjal menjadi sangat besar dan perutnya membuncit.Bayi baru lahir yang menderita penyakit berat bisa meninggal segera setelah dilahirkan, karena gagal ginjal pada janin menyebabkan terganggunya perkembangan paru-paru.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1  Apakah definisi kista renalis?
1.2.2  Apa etiologi dari kista renalis?
1.2.3  Apa saja manifestasi klinik dari kista renalis?
1.2.4  Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kista renalis?
1.2.5  Bagaimana penatalaksanaan dari kista renalis?
1.2.6  Apa saja diagnosa yang muncul dari kirta renalis?
1.2.7 Bagaimana patofisiologi dari kista renalis?
1.2.8 Bagaimana intervensi diagnosa yang muncul dari kirta renalis?

1.3  TUJUAN PENULISAN
1.3.1  Menjelaskan definisi kista renalis.
1.3.2  Menjelaskan etiologi dari kista renalis.
1.3.3  Menjelaskan manifestasi klinik dari kista renalis
1.3.4  Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari kista renalis.
1.3.5  Menjelaskan penatalaksanaan dari kista renalis.
1.3.6  Menjelaskan diagnosa yang muncul dari kirta renalis.
1.3.7 Menjelaskan patofisiologi dari kista renalis.
1.3.8 Menjelaskan intervensi diagnosa yang muncul dari kirta renalis.
2. PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI KISTA RENALIS
Ø  Penyakit Ginjal Polikista adalah suatu penyakit keturunan diamana pada kedua ginjal ditemukan banyak kista, ginjal menjadi lebih besar tetapi memiliki lebih sedikit jaringan ginjal yang masih berfungsi.
Ø  Kista adalah suatu kantung tertutup yang dilapisi oleh jaringan epitel dan berisi cairan atau bahan setengah padat.

2.2 ETIOLOGI
Ø  Kelainan genetik yang menyebabkan panyakit ini bisa bersifat dominan maupun resesif. Artinya penderita bisa memiliki 1 gen dominan dari salah satu orangtuanya atau 2 gen resesif dari kedua orangtuanya.
Ø  Penderita yang memiliki gen dominan biasanya baru menunjukkan gejala pada masa dewasa; penderita yang memiliki gen resesif biasanya menunjukkan penyakit yang berat pada masa kanak-kanak.

2.3  MANIFESTASI KLINIK
Ø  Pada anak-anak, penyakit ginjal polikista menyebabkan ginjal menjadi sangat besar dan perutnya membuncit.
Ø  Bayi baru lahir yang menderita penyakit berat bisa meninggal segera setelah dilahirkan, karena gagal ginjal pada janin menyebabkan terganggunya perkembangan paru-paru.
Ø  Gejalanya berupa nyeri punggung
Ø  darah dalam air kemih (hematuria)
Ø  infeksi dan nyeri kram hebat akibat batu ginjal (kolik renalis)
Ø  Pada penderita lain yang memiliki lebih sedikit jaringan ginjal yang berfungsi bisa kelelahan, mual, berkurangnya pembentukan air kemih dan gejala lainnya akibat gagal ginjal.

2.4    PEMERIKSAAAN PENUNJANG
Ø  Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat keluarga dan gejala-gejalanya.
Jika penyakit telah mencapai stadium lanjut dan ginjal sangat membesar, maka diagnosisnya sudah pasti.
Ø  USG dan CT scan menunjukkan gambaran ginjal dan hati yang sudah dimakan ngengat akbiat kista.

2.5    PENATALAKSANAAN
Ø  Lebih dari separuh penderita akan mengalami gagal ginjal di kemudian hari.
Ø  Mengobati infeksi dan tekanan darah tinggi bisa memperpanjang harapan hidup penderita.
Ø  Untuk mengatasi gagal ginjal, dilakukan dialisa atau pencangkokan ginjal.

2.6    PATOFISIOLOGI
 
2.4    DIAGNOSA KEPERAWATAN

No
Diagnosa Keperawatan
1
Nyeri b.d peningkatan tekanan pada saluran vesika urinaria.
2
Inefektif pola nafas b.d penurunan reekspansi paru.
3
Perubahan eliminasi urin b.d kesulitan berkemih dan penurunan kontraksi otot saluran kemih.
4
Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

2.5    INTERVENSI

No Dx
Tujuan / Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 24jam rasa nyeri px menurun atau berkurang dengan kriteria hasil:
a.      Perasaan senang secara fisik dan psikologis.
b.     Ekspresi wajah menunjukkan kenyamanan.
1.Minta px untuk menilai nyeri pada skala 0-10.
2.Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, intensitas/keparahan nyeri.
3.Observasi isyarat ketidaknyamanan nonverbal.
4.Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (distraksi, relaksasi).
5.Kolaboratif dalam pemberian analgetik.
1.Untuk menilai skala nyeri px.

2.Untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, keparahan nyeri.


3.Mengetahui ungkapan nonverbal px.
4.Agar px tidak terfokus pada nyeri yang dirasakan.

5.Untuk pemberian analgetik yang sesuai.
2
Setelah dilakukan tindakan selama ± 24jam diharapkan:
a.       menunjukan pola nafas efektif.
b.      Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas.
c.       Tidak ada penggunaan otot bantu.
1.Pantau adanya pucat dan sianosis.
2.Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi.
3.Observasi dan dokumentasi ekspansi dada bilateral pada px dengan ventilator.
4.Auskultasi bunyi nafas, perhatikan adanya keabnormalan.
5.Informasikan kepada px dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola pernafasan.
6.Kolaborasi dalam pemberian obat bronkodilator sesuai dengan progam.
1.Untuk mengetahui adanya gangguan difusi.
2.Menilai dan mengetahui RR.

3.Mengetahui adanya penggunaan otot bantu dalam pernafasan.
4.Mengetahui adanya bunyi abnormal atau tambahan dalam paru.
5.Untuk mengalihkan perhatian dan merelaksasikan bernafas.


6.Untuk meberikan obat bronkodilator yang sesuai dengan indikasi.
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 2x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria standar:
1. Menunjukan kontinesia urin.
1.Mempertahankan pola eliminasi urin yang otimum.
2.Pantau eliminasi,frekuensi, konsistensi,volume dan warna dengan tepat.
3.Dapatkan spesimen urin pancar tengah dengan tepat.
4.Intruksikan pada px untuk berespon segera terhadap keb eliminasi.
5.Ajarkan px untuk minum 200ml cairan pada saat makan.
1.Agar pola eliminasi urin yang otimum.
2.Untuk mengetahui dan menilai perkembangan.

3.Untuk mengetahui pemeriksaan dengan tepat.
4.Agar eliminasi dapat lancar dan teratur.

5.Untuk menyeimbangkan kebutuhan cairan dan elimanasi.
4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 2x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria standar:
1. Px mengungkapkan sudah mengetahui tentang penyakit yang sedang dialami.
1. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
2. Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
3. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
4. Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.
1. Untuk mengetahui tingkat dari anxietas px
2. Agar mengetahui tentang penyakit yang dialami.

3. Agar px dapat mengungkapkan perasaan.
4. Agar px mendapat dukungan dari pihak keluarga.


3. PENUTUP
3.1  SIMPULAN
Ø  Penyakit Ginjal Polikista adalah suatu penyakit keturunan diamana pada kedua ginjal ditemukan banyak kista, ginjal menjadi lebih besar tetapi memiliki lebih sedikit jaringan ginjal yang masih berfungsi.

3.2    SARAN
Ø  Kita dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan agar pasien mampu:
  1. Melakukan elimanasi dengan lancar dan teratur.
  2. Melakukan berkemih dengan nyaman.















DAFTAR RUJUKAN


1)      Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997
2)      Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Bandung, Yayasan IAPK pajajaran, 1996
3)      M. Tucker, Martin, Standart Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi V, Volume 3, Jakarta, EGC,1998
4)      Susanne, C Smelzer, Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi VIII, Volume 2, Jakarta, EGC, 2002
5)      Basuki B. purnomo, Dasar-Dasar Urologi, Malang, Fakultas kedokteran Brawijaya, 2000
6)      Doenges E. Marilynn, Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta. EGC. 2000


Tidak ada komentar:

Posting Komentar