Minggu, 09 Januari 2011

Asuhan Keperawatan Dermatitis

TUGAS SISTEM INTEGUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS



Program Studi S1- Keperawatan
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mekanisme dari dermatis hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membran lipid keratisonit. Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.
Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis atopik

1.2              Tujuan
1.2.1        Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, mekanisme klinis,komplikasi, pemeriksaan penunjang  serta penatalaksanaan pada klien dermatitis
1.2.2        Mengetahui kemungkinan diagnosis penyakit pada klien dengan dermatitis
1.2.3        Mengetahui bagaimana mengkaji klien dengan dermatitis
1.2.4        Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien dengan dermatitis

1.3              Manfaat
1.3.1        Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik
1.3.2        Mahasiswa mengerti dengan baik apa itu dermatitis.
1.3.3        Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem integumen
1.3.4        Menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi dan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan dermatitis.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Dermatitis adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis.
Menurut Gell dan Coombs dermatitis adalah reaksi hipersensitifitas yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.

2.2 ETIOLOGI
Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya:
2.2.1        bahan pelarut
2.2.2        detergen
2.2.3        minyak pelumas
2.2.4        asam
2.2.5        alkali
2.2.6        serbuk kayu
2.2.7        Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu:
§  lama kontak
§  kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel
§  demikian juga gesekan dan trauma fisis
§  Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
§  Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya: perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas dan usia.
2.3


PATOFISIOLOGI






























2.4 MANIFESTASI KLINIS
Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan bergantung pada keparahan dermatitis yaitu:
2.3.1 Fase Akut
·         terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas.
·         ruam kulit
·         eritema
·         edema
·         sedang pada yang berat dapat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi
·         keluhan subyektif berupa gatal.
2.4.2 Fase Sub Akut
Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini akan terlihat eritema, edema ringan, vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul.
2.4.3 Fase Kronis
Lesi cenderung simetris, batasnya kabur, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan.

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dapat dilakukan dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi tiga jenis tes tempel yaitu:
               2.5.1 Tes Tempel Terbuka
      Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.

               2.5.2 Tes Tempel Tertutup
      Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.
               2.5.3 Tes tempel dengan Sinar
      Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya.
2.6 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis jenisnya adalah:
2.6.1  Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik.
2.6.2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya.
2.6.3 Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
2.6.4 Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
2.6.5  Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik.































BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Pengkajian
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu penegakan diagnosis.
Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :
1.Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
2.Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.
3.Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.
4.Rasa gatal
5.Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
Berbagai jenis kelainan kulit yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis
banding adalah :
1.Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-tempat tertentu seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada penderita atau keluarganya. Penderita dermatitis atopik mengalami efek pada sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 akan memsekresi IL-4 yang akan merangsang sel Buntuk memproduksi IgE, dan IL-5 yang merangsang pembentukan eosinofil. Sebaliknya jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan kepekaan terhadap alergen kontak menurun.
2.Dermatitis numularis : merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
3.Dermatitis dishidrotik : erupsi bersifat kronik residif, sering dijumpai pada telapak tangan dan telapak kaki, dengan efloresensi berupa vesikel yang terletak di dalam.
4.Dermatomikosis : infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur dengan efloresensi kulit bersifat polimorf, berbatas tegas dengan tepi yang lebih aktif.
5.Dermatitis seboroik : bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar alae nasi, alis mata dan di belakang
6.telinga.
7.Liken simplek kronikus : bersifat kronis dan redisif, sering mengalami iritasi atau sensitisasi. Harus dibedakan dengan dermatitis kontak alergik bentuk kronik.
B.   Diagnosa yang mungkin muncul
No
                                             Diagnosa Keperawatan
1
Nyeri berhubungan dengan infeksi yang terjadi di kulit
2
Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
4
Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi

    1. Intervensi Keperawatan
Nodx
Tujuan/kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Ø  Tujuan :
Rasa nyaman klien terpenuhi.
Ø  Kriteria hasil :
Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman.
1.Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
2.Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
3.Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
1.Dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.

2.Pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.



3. Bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritas
2
Ø Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien
Ø Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen
1.Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
2.Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen. Hindari binatang peliharaan.

3.Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.
1.Menghindari alergen akan menurunkan respon alergi.

2.Jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah.
3.AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.
3
Ø  Tujuan :
Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Ø  Kriteria Hasil :
1.Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2.Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3.Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4.Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
1.Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri).
2.Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.


3.Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.

4.Bantu klien mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
5.Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
6.Mendorong sosialisasi dengan orang lain.

1.Bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.

2.Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
3.Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4.M memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien.

5.Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
6.Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
4
Ø  Tujuan :
Terapi dapat dipahami dan dijalankan
Ø  Kriteria Hasil :
1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
1.Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, berprasangka atau gelisah yand dikaitkan dengan sumber bahaya.
2.Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan px.
3. Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
4. Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur.
5.Beri dorongan kepada px untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengurangi ansietas.
6.Yakinkan kembali dengan menyentuh, saling memberi empatik secara nonverbal.
1. Untuk mengurangi rasa khawatir dan takut pada px.


2.Untuk mengetahui tingkat kecemasan px.
3.Agar px mendapatkan informasi yang akurat.

4.Agar px tidak merasa khawatir atau takut saat dilakukan prosedur.

5.Agar px mampu mengeluarkan dan mengungkapkan perasaan, pikirannya.
6.Agar px merasa lebih yakin dan merasa lebih tenang.























BAB IV
PENUTUP

1.1    KESIMPULAN
Dermatitis adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dermatitis adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis.

1.2    SARAN
Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan. Adapun evaluasi klien dengan dermatitis dilakukan berdasarkan kriteria tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan asuhan keperawatan dikatakan berhasil apabila dalam evaluasi terlihat pencapaian kriteria tujuan perawatan yang diberikan














DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn.E.2001.Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:     Jakarta
Sperof, Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )














Tidak ada komentar:

Posting Komentar